Mandau merupakan senjata tajam berbentuk parang dengan ujung yang lancip. Jika dilihat sekilas, bentuk mandau seperti parang pada umumnya. Namun yang menjadi ciri khas mandau Suku Dayak adalah bentuk gagangnya yang menyerupai kepala burung serta terdapat hiasan manik-manik. Mandau yang dimiliki oleh Bapak Hingan ada yang berusia puluhan tahun. Gagang mandau terbuat dari tanduk rusa dengan ukiran yang sangat indah dan detail. Keunikan lain yang ditemukan adalah adanya kombinasi dua jenis logam yang disisipkan pada bagian badan mandau. Berdasarkan penjelasan dari Bapak Hingan saat ini jarang ditemui mandau dengan ukiran yang sangat mendetail seperti yang dimilikinya. Hal ini dikarenakan tidak ada generasi muda yang sanggup menjadi pembuat mandau. Pada masa lalu mandau biasanya digunakan untuk mengayau atau memenggal kepala musuh. Ketika masa penjajahan Belanda, di Kalimantan sering terjadi peperangan antar suku Dayak karena politik adu domba oleh pemerintah kolonial. Semakin banyak seseorang mengayau kepala musuh, maka ia akan semakin disegani. Hal yang cukup menarik adalah kita dapat mengetahui seberapa banyak orang yang dipenggal oleh mandau tersebut dengan melihat jumlah goresan yang ada di bagian bawah mandau. Jika terdapat 3 goresan berarti mandau tersebut telah memenggal tiga kepala. Namun saat ini mandau lebih banyak digunakan sebagai kelengkapan acara adat. Tidak sembarang waktu mandau bisa dikeluarkan. Salah satunya upacara yang melibatkan mandau adalah upacara pemberian nama kecil pada anak-anak. Pemberian nama kecil pada anak-anak suku Dayak memiliki arti agar anak mereka nantinya tidak kualat saat kehidupan di masa depannya nanti. Seseorang yang belum memiliki nama kecil biasanya tidak diperkenankan sembarangan memegang mandau. Jika melanggar, dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. |
Selain menjelaskan mengenai mandau, Bapak Hingan juga menampilkan beberapa koleksi khas Dayak yang berasal dari bagian tubuh binatang seperti taring macan dahan, taring dan kuku beruang, duri landak, dan bulu ekor burung enggang. Koleksi-koleksi tersebut saat ini jarang dijumpai karena binatang-binatang tersebut sangat langka. Di akhir pertemuan, kami diberi kenang-kenangan berupa duri landak yang menurut kepercayaan suku Dayak dapat memberikan manfaat yang besar seperti obat muntaber dan diare.